Film Tuan Guru yang di sutradarai oleh Hanafi, telah tayang di Channel Pekan IkhtibarOfficial. Film yang diaktori oleh Abrori, Abd. Qosim, Moh. Amien, Abd. Rohim dan Rohmah TF ini mengangkat tentang sejarah perjuangan KH. Nasiruddin, Pendiri Yayasan Miftahul Ulum Khos. Film yang berlatar belakang di pesantren ini rupanya debut pertama Pekan Ikhtibar Official yang sudah 41 tahun berdiri kokoh mengabdi kepada Masyarakat.

Perjalanan Ke PP. Al-Mansuriyah ke PP. Najmul Ulum Al-Mursyidiyah

Nasiruddin Muda, Lahir di Kalimantan Barat dari pasangan Bapak Asy’ari dan Ibu Mahriyah. Beliau putra ke empat dari sebelas bersaudara. Beliau tumbuh menjadi sosokan seperti anak-anak seusianya. Terlahir di daerah pelosok hutan Kalimantan Barat tepatnya di Paret Manise’ Kubu Raya, tidak membuat Nasiruddin Muda telat dalam mengenyam Pendidikan, terutama pendidakan agama. Seperti anak lainnya, sebelum maghrib beliau sudah pergi ke Mushollah untuk belajar mengaji.

Beranjak dewasa, beliau dihantar langsung oleh Bapak Asy’ari mengenyam Pendidikan Agama di Pesantren yang ada di pulau Madura. Awal mulanya beliau dimasukkan ke PP. Al-Mansuriyah Sembung, karena Bapak Asy’ari merupakan alumni yang kebetulan sebelum Bapak Asy’ari berhenti, beliau berjanji kepada Nyai Sur akan memasukkan salah anaknya ke PP. Al-Mansuriyah.

Namun sepertinya hal tersebut tidak seperti yang diharapkan. Nasiruddin Muda tidak betah di PP. Al-Mansuriyah, dan hanya mondok satu hari satu malam. Dua hari setelahnya, Nasiruddin Muda dipindah ke PP. Al-Mursyidiyah Gersik Tlokoh Kokop Bangkalan, yang pada saat itu masih di asuh oleh KH. Imam Mursyid.

Harapan Bapak Asy’ari seperti gayung bersambut. Nasiruddin Muda betah dan melabuhkan perjuangannya dalam menuntut ilmu di PP. Najmul Ulum Al-Mursyidiyah Gersik Tlokoh Kokop Bangkalan.

Selama di Gersik, beliau mengaji dan ikut rutinitas para santri seperti biasanya. Di pesantren, beliau dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas, beliau memiliki kemampuan yang tidak umum dimiliki oleh kalangan santri pada saat itu, beliau tidak bisa menulis, tapi beliau bisa hafal dengan semua mata Pelajaran yang disampaikan oleh para asatidz maupun Kiyai. Beliau cukup mendengarkan dengan konsentrasi apa yang disampaikan di depan, beliau langsung hafal dan faham.

Kurang kebih empat tahun beliau di Gersik, dan akhirnya beliau dipercaya oleh KH. Imam Mursyid untuk membantu beliau dalam mengajar. Hal tersebut dikarenakan KH. Imam Mursyid sudah sepuh dan kondisi kesehatannya yang sudah tidak baik. Selama empat tahun, Nasiruddin Muda tidak hanya mengaji, beliau mengabdi, mulai dari ambil air, mencari rumput dan mencuci baju kiyai.

Bermimpi didatangi Pengasuh PP. Al-Mubarok Lan Bulan

Suatu Ketika, tujuh hari berturut-turut bermimpi didatangi oleh KH. Muhammad Pengasuh PP. Al-Mubarok Lan Bulan, dalam mimpinya KH. Muhammad mengajak Nasiruddin Muda untuk mondok di Lan Bulan. Ajakan tersebut rupanya membuat Nasiruddin Muda Kepikiran dan berinisiatif untuk pamit berhenti.

Namun setelah pamit, rupanya KH. Imam Mursyid tidak mengizinkan. Alasannya, jika Nasiruddin Muda berhenti, maka tidak ada lagi santri yang membantu KH. Imam Mursyid murok/mulang santri pada saat itu. Sebab karena memang, Nasiruddin Muda pada saat itu adalah santri yang paling seneor daripada santri-santri yang lain.

Berhentinya dari PP. Najmul Ulum Al-Mursyidiyah

Setelah sekian lama mengabdi dan sudah banyak para santri yang membantu Kiyai murok/mulang, Nasiruddin Muda akhirnya berhenti dikarenakan Bapak Asy’ari sudah tidak mampu biayai Nasiruddin. Hal tersebut tersirat dalam sebuah surat yang dikirim oleh bapak Asy’ari kepada Nasiruddin Muda. Dalam suratnya, Bapak Asy’ari menyampaikan terkait dengan kondisi pekerjaanya yang sedang tidak baik.

Setalah pulang, Nasiruddin Muda bekerja menjadi buruh kayu. Selama bekerja, beliau menyisihkan hasil gajihnya untuk ditabung. Tujuannya, hasil tabungan tersebut akan dijadikan bekal untuk Kembali ke pesantren. Rupanya, selama beliau bekerja, semangat menuntut ilmu di pesantren tidak pernah surut. Buktinya, setelah tabungan dianggap cukup, beliau Kembali ke Madura dan melanjutkan Pendidikan agamanya.

Melanjutkan Pendidikan di PP. Nurul Huda Al-Muntahy Kembang Jeruk

Setelah Kembali ke Madura beliau tidak melanjutkan Pendidikan agamanya di PP. Najmul Ulum Al-Mursyidiyah, melainkan ke PP. Nurul Huda Al-Muntahy ikut temannya Hafi. Selama di Al-Muntahy beliau juga mengabdi sebagai pengankut air. Tidak lama kemudian, beliau juga dipercaya untuk menjadi tenaga pengajar di Al-Muntahy.

Namun kenyataanya, beberapa tahun kemudian, setelah beliau nyantri di Al-Muntahy, lagi-lagi beliau dihadapkan dengan kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak baik. Bapak Asy’ari Kembali mengirim surat kepada Nasiruddin Muda tentang perihal kondisi ekonominya. Bapak Asy’ari menyampaikan bahwa beliau sudah tidak mampu lagi membiayai Nasiruddin Muda mengenyam Pendidikan di Pesantren. Kondisi itulah yang kemudian memisahkan Nasiruddin muda dengan Hafi teman akrabnya. Mas Han